KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
lah saya dapat menyelesaikan malakah ini. Dan juga kami berterima kasih pada
pak Dermawan selaku Guru mata pelajaran seni budaya yang telah memberikan tugas
ini kepada kami semua.
Saya sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
kritik seni dan apresiasi seni rupa. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun
ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Terima kasih
Daftar isi
Cover
Kata
pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Daftar isi .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Pendahulaun
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
Isi . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . 4
Landasan
teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
Manfaat/tujuan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14
Kesimpulan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .16
Saran . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17
Daftar
pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 18
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Aprisiasi seni, kritik seni dan wawasan seni,
istilah-istilah yang sering muncul dalam kajian akademis. Apakah yang dimaksud
dengan setiap istilah itu? Kadang orang bertanya-tanya tentang pengertian
setiap istilah itu.
Setiap istilah memiliki pengertian sendiri, apresiasi
seni, kritik seni dan wawasan seni memiliki pengertian berbeda satu sama lain.
Kritik Seni dalam dunia Seni Rupa sangat penting. Malalui Kritik Seni,
kita bisa melihat kelebihan dan kekurangan yang tampak dalam sebuah karya seni.
Terjadinya kritik disebabkan adanya ketidaksesuaian, penyimpangan ataupun
lepasnya batas-batas normatif dalam pandangan obyektif pelaku kritik. Tentu
pandangan masing-masing pelaku kritik didasari dari latar belakang ilmu
pengetahuan dan pengalamannya secara menyeluruh.
Artinya kritik pun bisa bermakna
subyektif bisa pula bermakna obyektif. namun nilai kritik akan sangat bisa
diterima, tentunya, jika sudah melalui seleksi mayoritas atas pandangan yang
obyektif.
Situasi kondisi dalam hal ini sangat
mudah kita saksikan, baik itu di wilayah publik, maupun dalam wilayah-wilayah
yang lebih kecil. Misalnya lingkungan sekitar. Atau bisa juga dalam sebuah
komunitas tertentu. Prilaku kritik mengkritik sangat mudah dijumpai di mana
saja dalam konteks sesuai dengan wilayah masing-masing.
Mengkritik sebaiknya dibarengi
dengan semangat untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya,
bukan sebaliknya. Jadi jikapun terjadi sebaliknya, berarti ada yang konslet
dari proses kritik mengkritik itu. Dan disitulah yang musti dibenahi.
Dalam kehidupan sosial secara umum, kritik mengkritik
kerap terjadi. saya yakin dengan menjaga prinsip-prinsip saling menghormati,
realistis dan menggunakan teknik komunikasi yang cerdas, maka kritik akan
menjadi perbuatan yang menyenangkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kritik Seni
Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni
untuk menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Keterangan
mengenai kelebihan dan kekurangan ini dipergunakan dalam berbagai aspek,
terutama sebagai bahan untuk menunjukkan kualitas dari sebuah karya. Para ahli
seni umumnya beranggapan bahwa kegiatan kritik dimulai dari kebutuhan untuk
memahami kemudian beranjak kepada kebutuhan memperoleh kesenangan dari kegiatan
memperbincangkan berbagai hal yang berkaitan dengan karya seni tersebut.
Sejalan dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan masyarakat terhadap dunia
seni, kegiatan kritik kemudian berkembang memenuhi berbagai fungsi sosial
lainnya. Kritik karya seni tidak hanya meningkatkan kualitas pemahaman dan
apresiasi terhadap sebuah karya seni, tetapi dipergunakan juga sebagai standar
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil berkarya seni. Tanggapan dan
penilaian yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama sangat mempengaruhi
persepsi penikmat terhadap kualitas sebuah karya seni bahkan dapat mempengaruhi
penilaian ekonomis (price) dari karya seni tersebut.
B. Jenis
Kritik Seni
Kritik karya seni memiliki perbedaan
tujuan dan kualitas. Karena perbedaan tersebut, maka dijumpai beberapa jenis
karya seni seperti yang disampaikan oleh Feldman (1967) yaitu kritik
populer (popular criticism), kritik jurnalis (journalistic criticism),
kritik keilmuan (scholarly criticism). dan kritik pendidikan (pedagogical
criticism). Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat mengantar
nalar kita untuk menentukan pola pikir dalam melakukan kritik seni. Setiap tipe
mempunyai ciri (kriteria), media (alat : bahasa), cara (metoda), sudut pandang,
sasaran, dan materi yang tidak sama. Keempat kritik tersebut memiliki fungsi
yang menekankan pada masing-masing keperluannya.
1. Kritik Populer,
Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi massa/umum. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis
ini biasanya bersifat umum saja lebih kepada
pengenalan atau publikasi sebuah karya. Dalam tulisan
kritik populer, umumnya dipergunakan gaya bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam.
2. Kritik Jurnalis,
Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada publik
melaui media massa khususnya surat kabar.
Kritk ini hampir sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat
cepat mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap kualitas dari sebuah karya seni, tertama karena sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya
3. Kritik Keilmuan,
Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dengan wawasan pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi
untuk menilai/menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya
disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah
teruji kepakarannya dalam bidang seni, atau kegiatan kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau
metodologi kritik secara akademis. Hasil
tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para kolektor atau kurator institusi seni seperti
museum, galeri dan balai lelang.
4. Kritik Kependidikan,
Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat
atau meningkatkan kepekaan artistik serta estetika subjek belajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga
pendidikan seni terutama untuk meningkatkan
kualitas karya seni yang dihasilkan peserta didiknya.
Kritik jenis ini termasuk yang digunakan oleh guru di sekolah umum dalam
penyelenggaraan mata pelajaran pendidikan seni.
C. Fungsi Kritik Seni
Kritik seni memiliki fungsi yang sangat
strategis dalam dunia kesenirupaan dan pendidikan seni rupa. Fungsi kritik seni
yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi artistik dan
estetik karya seni rupa, antara pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat
seni. Komunikasi antara karya yang disajikan kepada penikmat (publik) seni
membuahkan interaksi timbal-balik dan interpenetrasi keduanya. Fungsi
lain ialah menjadi dua mata yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun
penikmat. Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi
kelemahan, mengupas kedalaman, serta membangun kekurangan. Seniman memerlukan
umpan-balik guna merefleksi komunikasi-ekspresifnya, sehingga nilai dan
apresiasi tergambar dalam realita harapan idealismenya. Publik seni
(masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni membutuhkan
tali penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap realita artistik dan
estetik dalam karya seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin
lekat, manakala kritik memberikan media komunikasi persepsi yang memadai.
Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang berupaya mengupas,
menganalisis serta menciptakan sudut interpretasi karya seni, diharapkan
memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni
Menurut Sudarmaji (1970)
melihat kritik memiliki dua fungsi, yakni:
1. Sebagai pemberitahuan bahwa ada
penyuguhan hasil seni. Sebagai fungsi tak langsung, dan
2. Pembicaraan sesuatu gejala, memberikan
pengantar, lalu menilai baik buruknya suatu prestasi, serta memberikan
apresiasi.
Berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal pula beberapa
bentuk kritik yaitu: kritik formalistik, kritik ekspresivistik dan
instrumentalistik :
1. Kritik Formalistik
Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik terutama ditujukan terhadap
karya seni sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan
unsur-unsur pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik
lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti
warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut.
Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang
digunakan dalam berkarya seni.
2. Kritik Ekspresivistik
Melalui pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus cenderung
menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan perasaan yang ingin dikomunikasikan
oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ini umumnya menanggapi
kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek
yang ditampilkan dalam sebuah karya.
3. Kritik Instrumentalistik
Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi
berdasarkan kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik
atau psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas
formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik
saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul ”Penangkapan Pangeran Diponegoro”
karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis
(formal) nya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta
pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi pengamatnya
terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan.
D. Tahapan
dalam Kritik Seni Rupa
Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat
dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut:
1. Deskripsi,
Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk menemukan, mencatat dan
mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya dan tidak berusaha
melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Agar dapat mendeskripsikan dengan
baik, seorang pekritik harus mengetahui istilah-istilah tehnis yang umum
digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka pekritik akan
kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena karya yang dilihatnya.
2. Analisis formal,
Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri
sebuah karya seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus harus memahami unsur-unsur
seni rupa dan prinsip-prinsip penataan atau
penempatannya dalam sebuah karya seni.
3. Interpretasi,
Interpretasi yaitu tahapan penafsiran makna sebuah karya seni meliputi tema
yang digarap, simbol yang dihadirkan dan masalah-masalah yang dikedepankan. Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya,
dipengaruhi sudut pandang dan wawasan
pekritiknya. Semakin luas wawasan seorang pekritik biasanya semakin kaya interpretasi karya yang dikritisinya.
4. Evaluasi atau penilaian,
Apabila tahap 1 sampai 3 ini merupakan tahapan yang juga umum digunakan
dalam apresiasi karya seni, maka tahap ke 4 atau tahap evaluasi merupakan tahapan yang menjadi ciri dari kritik karya seni.
Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam
kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni bila dibandingkan dengan karya lain yang sejenis.
Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek
yang terkait dengan karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks.
Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengkaitkan sebanyak-banyaknya karya
yang dinilai dengan karya yang sejenis
b. Menetapkan tujuan atau fungsi karya
yang ditelaah
c. Menetapkan sejauh mana
karya yang ditetapkan “menyimpang” dari yang telah ada sebelumnya.
d. Menelaah karya yang dimaksud dari segi
kebutuhan khusus dan segi pandang tertentu yang melatarbelakanginya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi
karya seni untuk mempertumbuhkan kelebihan
dan kekurangan suatu karya seni. Kegiatan kritik berawal dari kebutuhan untuk memahami kemudian beranjak kepada kebutuhan
memperoleh kesenangan dari kegiatan berbincang-bincang
tentang karya seni. Menurut Feldman (1967) terdapat 4 (empat) jenis kritik
seni, yaitu kritik jurnalistik (journalistic criticism), kritik populer
(popular criticism), kritik pedagogik
(pedagogical criticism), dan kritik akademik (scholarly criticism). Pemahaman
terhadap keempat tipe kritik seni dapat mengantar nalar kita untuk menentukan pola pikir dalam melakukan kritik seni.
Setiap tipe mempunyai ciri (kriteria), media
(alat : bahasa), cara (metoda), pola berpikir, sasaran, dan materi yang tidak sama.
Berdasarkan titik tolak atau landasan yang
digunakan, dikenal beberapa bentuk kritik sebagai berikut : (1). Kritik
Formalistik, kajian kritik terhadap karya seni sebagai konfigurasi aspek-aspek
formalnya atau berkaitan dengan unsurunsur pembentukannya. (2). Kritik
Espresivistik, menilai dan menanggapi gagasan dan perasaan yang ingin
dikomunikasikan oleh seniman dalam sebuah karya seni. (3). Kritik
Instrumentalistik, sebuah karya seni dilihat kemampuananya dalam upaya mencapai
tujuan, moral, religius, politik atau psikologi .
Kegiatan dalam Kritik Karya Seni Rupa
secara umum mengikuti tahapan sebagai berikut:
1.Deskripsi
2. Analisis formal,
3. Interpretasi, dan
4. Evaluasi atau penilaian,
Fungsi kritik seni yang pertama dan utama
ialah menjembatani persepsi dan apresiasi artistik dan estetik karya seni rupa,
antara pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni. Arus komunikasi
antara karya yang disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi
timbal-balik dan interpenetrasi keduanya. Fungsi lain ialah menjadi jalan
strategis bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi.
SARAN
Penulis
hanya bisa menyarankan kepada para pembaca bahwasanya seni dan budaya masih
sanatlah dibutuhkan karena hidup tanpa seni takkan indah dan hidup tanpa budaya
sering kali membuat orang terjerumus kearah yang menjuranhkan kehidupan.
Sebagai
seorang pelajar, kita diharuskan untuk mempelajari seni budaya dengan lebih
mendalam lagi, agar kita dapat mengapresiasi, menikmati dan sekaligus lebih
mencintaiseni budaya khususnya budaya sendiri.
Saya
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
kesalahan, maka dari itu saya meminta maaf yang sebesar-besarnya, tetapi saya
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan kita semua dalam memahami
kritik seni rupa maupun apresiasi seni rupa.